Jumat, 09 Desember 2011

TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR MELALUI PEMANFAATAN LIMBAH AGROINDUSTRI

TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR MELALUI
PEMANFAATAN LIMBAH AGROINDUSTRI
Oleh:
Sunarti (A262040011/PDAS)
E-mail: sunarti73@plasa.com
ABSTRACT
Agroindustry wastes can applied in agriculture as soil ameliorant (land application)
because their characteristics are resemble with crop residues. So, wastes of agroindustry
application can improve soil productivity, include soil physical, chemical and biologycal.
Recycle of agroindustry wastes in agriculture head for decrease environmental and body
water (stream) pollution until watersehed quality is better.
Recycle of agroindustry wastes as soil ameliorant more effective than construction
of liquid waste processing installation. The effectivity can base on increasing of soil
productivity, increasing of crop growth and production and decreasing environtmental
pollution, include stream pollution. These improvement can create condusive condition to
increase farmer’s income. It’s mean, recycle of agroindustry wastes can recommended as
one of soil and water conservation technology.
I. PENDAHULUAN
Pembangunan pada hakekatnya adalah pemanfaatan sumberdaya alam dan
lingkungan, yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakat. Pengembangan industri juga merupakan salah satu bentuk dari
pembangunan. Kegiatan pembangunan selain dapat menimbulkan dampak positif juga
dapat menimbulkan dampak negatif, yang menyebabkan terjadinya perubahan terhadap
komponen lingkungan baik fisik-kimia, biologi, dan sosial ekonomi, sosial budaya, dan
bahkan kesehatan masyarakat. Dampak negatif tersebut akan timbul jika pemanfaatan
© 2004 Sunarti
Makalah Falsafah Sains (PPs-702)
Sekolah Pascasarjana / S3
Institut Pertanian Bogor
Nopember 2004
Dosen:
Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng (Penanggung Jawab)
Prof. Dr. Ir. Zahrial Coto
Dr. Ir. Hardjanto
2
sumberdaya alam dilakukan secara berlebihan dan kurang bijaksana sehingga
menimbulkan masalah lingkungan hidup, yaitu menurunkan kualitas lingkungan.
Konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan selain ditujukan untuk
meningkatkan dampak positif (manfaat) juga diperlukan upaya untuk menekan dampak
negatif yang timbul menjadi sekecil mungkin, sekalipun dampak tersebut sulit untuk
dihindari. Dampak negatif yang penting dan utama adalah pencemaran lingkungan dan
perairan akibat limbah dari proses agroindustri. Contohnya PT Wirakarya Sakti (Jambi)
setiap hari memproduksi limbah berupa sludge sekitar 100 ton dari bahan baku tanaman
sengon dan akasia (Laboratorium R/D PT WKS, 2000). Sedangkan di Lampung PT Pola
Pulpindo Mantap (PPM) juga menghasilkan limbah cair sekitar 1.705 m3/hari dari bahan
baku berupa ampas tebu dan kertas bekas. Industri Kertas di Amerika Serikat
menghasilkan kira-kira 5.200.000 Mg/tahun (Carpenter dan Fernandez, 2000). Selain itu
banyak lagi jenis limbah agroindustri yang lain seperti limbah dari industri CPO (Crude
Palm Oil), industri Mono Sodium Glutamat (MSG), dan lain-lain. Limbah-limbah tersebut
dalam jumlah yang besar sangat potensial mencemari lingkungan sekitarnya, terutama
kualitas air sungai yang merupakan salah satu indikator kerusakan suatu DAS.
Realisasi konsep pembangunan berkelanjutan diatas memerlukan terobosan baru
dalam menangani limbah agroindustri. Menurut Sulistijorini (2003), secara umum
pengelolaan limbah dapat dilakukan dengan cara pengurangan sumber (resource
reduction), penggunaan kembali (reuse), pemantaatan (recycle), pengolahan (treatment).
Alternatif pengelolaan limbah dapat disesuaikan dengan karakteristik limbah.
Limbah agroindustri lebih tepat dikelola dengan ide recycle (pemanfaatan) dalam
bidang pertanian, yaitu sebagai amelioran tanah. Artinya limbah berfungsi sebagai land
application dan tanah berfungsi sebagai penampung limbah (waste disposal function).
Pemikiran untuk memanfaatkan limbah cair khususnya dari kegiatan agroindustri
bagi pertanian didasarkan pada kenyataan bahwa limbah cair tersebut mengandung unsur
hara, bahan organik dan nilai pH yang tinggi. Kandungan unsur hara, bahan organik dan
pH limbah yang tinggi tersebut sangat diperlukan sebagai bahan penyubur tanah pertanian
terutama yang miskin hara dan pH rendah sebagaimana banyak terdapat di daerah
beriklim tropis. Dengan demikian limbah yang terbuang menjadi bermanfaat dan bernilai
ekonomis, disisi lain kondisi lingkungan dapat terjaga. Menurut Suwardjo (1993), bahan
organik merupakan kunci keberhasilan dalam meningkatkan produksi tanaman di daerah
3
tropis. Hal ini sesuai dengan anjuran teknologi dalam peningkatan produktivitas lahan
melalui teknologi masukan rendah, yang umumnya memanfaatkan berbagai jenis bahan
organik sebagai amelioran.
Pemanfaatan limbah agroindustri ditinjau dari aspek teknologi konservasi tanah
dan air menurut Arsyad (2000), termasuk ke dalam metode vegetatif. Namun berdasarkan
WOCAT (World Overview of Conservation Approaches and Technologies), tindakan ini
dapat dikelompokkan dalam WCA.3, yaitu tindakan konservasi tanah dan air yang dapat
mencegah erosi yang diakibatkan oleh air melalui peningkatan kandungan bahan organik
tanah.
II. KARAKTERISTIK LIMBAH AGROINDUSTRI
Limbah agroindustri terdiri dari cairan dan padatan (sludge). Sludge dari limbah
agroindustri mempunyai tekstur yang halus dan mengandung kadar air yang cukup tinggi,
yaitu sekitar 50 – 60% serta baunya menyengat. Bau yang menyengat ini mengindikasikan
bahwa terdapat unsur-unsur yang membahayakan.
Limbah yang terkena hujan akan terangkut aliran air tanah dan masuk ke sungai
yang terdapat di sekitar industri. Lumpur dari limbah cair yang mengandung bahan organik
berpotensi meningkatkan BOD (biological oxygen demand) dan COD (chemical oxygen
demand), yang selanjutnya akan mempengaruhi kualitas air sungai dan sistem kehidupan
akuatik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

GuestBook